Dampak Perubahan Iklim :
Daya Dukung Alam Terus Berkurang

SURABAYA, KOMPAS.com - Daya dukung alam terus berkurang akibat perubahan iklim sepuluh tahun terakhir. Selain bencana banjir dan tanah longsor, Indonesia juga terancam kekurangan pangan dan air bersih. Bahkan sebagian daerah lumbung padi di pantai utara Jawa terancam hilang karena kenaikan permukaan air laut.
Hal itu mengemuka dalam Forum Ilmiah dan Teknis Perubahan Iklim Indonesia di Surabaya, 19-20 Mei 2011. Forum yang di adakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup itu dihadiri oleh para peneliti, akademisi,dan instansi Kementrian Lingkungan Hidup di wilayah Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur.
Di Jawa Barat misalnya, kenaikan permukaan air laut berpotensi menelan 72 kilometer persegi daerah Karawang pada tahun 2100. Begitu pula Indramayu, kenaikan permukaan air pada waktu yang sama akan menelan 81 km persegi. Hal itu berdasarkan data penelitian yang diperoleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Jawa Barat.
Menurut Tulus TH Sibuea, peneliti yang juga Kepala Sub Bidang Mitigasi Bencana, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, kenaikan permukaan air laut itu sudah berlangsung saat ini. Hal itu ditandai dengan terjadinya banjir saat pasang di pantai utara. Garis pantai pun sudah maju ke daratan dan memakan sebagain wilayah darat.
"Daerah-daerah itu tergolong lumbung padi. Kalau tidak dicegah atau diantisipasi kita akan kehilangan lumbung padi nasional," kata Tulus.
Di Bali, berdasarkan data dari BPLHD Bali, terjadi penurunan debit mata air sebanyak 1.000 liter per tahun di danau, sungai, dan mata air. Sumber air itu juga tercemar limbah di antaranya lapisan minyak, dan logam berat.
Di Semarang, Jawa Tengah, hujan dengan intensitas tinggi terjadi tiba-tiba dan mengakibatkan banjir. "Banjir ini telah menelan korban enam jiwa. Hujan ini menjadi bagian dari efek perubahan iklim. Sifatnya mendadak dan berintensitas tinggi," kata Gunawan Wicaksono, anggota tim Asian Cities Climate Change Resilience Network.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian, Haryono mengatakan, program adaptasi telah disusun untuk mengantisipasi persoalan perubahan iklim, terutama bidang tanaman pangan. Teknologi yang diterapkan dipilih yang ramah lingkungan. Atlas kalender tanam pun kini dibuat untuk mempermudah petani mengantisipasi perubahan iklim.
Selain itu, tutupan lahan hijau perlu diperluas. Menurut Tulus, Jawa Barat telah menggenjot perluasan tutupan lahan hijau dari 19 persen menjadi 45 persen. "Sejumlah daerah, seperti Garut yang menjadi daerah penyangga harus dipelihara. Hulu sungai Citarum yang rata-rata milik warga mulai diupayakan diubah dari tanaman sayur ke tanaman keras. Itu peluang baru bagi mereka," tutur Tulus.
Retno Gumilang Dewi, peneliti energi dari Institut Teknik Bandung mengatakan, peneliti kini juga terus melakukan riset untuk pembangunan ekonomi yang efisien dan rendah karbon. Dengan jalan itu setidaknya dampak buruk dari perubahan iklim bisa dikurangi.
Sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/05/20/2120269/Daya.Dukung.Alam.Terus.Berkurang
0 komentar:
Posting Komentar